Waspadai Penis Kecil Pada Anak

Sari, ibu dari Putera (6), belakangan bertanya-tanya tentang kenormalan organ vital anaknya. Dia merasa pertumbuhan penis putranya tidak sesuai usianya.

“Saya lihat, kok, berbeda perkembangannya dengan adik laki-lakinya. Terlalu kecil,” ujar perempuan warga Tangerang, Banten, itu beberapa waktu lalu. Dia lantas membawa putranya ke dokter anak di sebuah rumah sakit. Dokter menyarankan pengukuran terlebih dahulu. Tetapi, si kecil terus menolak dan menangis setiap kali alat kelamin hendak diukur sehingga mereka pulang tanpa hasil.


Pada saat anak usia enam tahun, Sari tetap merasa penis putranya tidak bertumbuh. ”Dengan usianya sekarang, tinggi badan 128 cm dan berat 30 kilogram, penis anak saya hanya seruas ibu jari. Skrotum juga tidak bertambah besar,” katanya.

Ketika kembali ke rumah sakit, dokter menyarankan agar Sari melihat perkembangan lebih lanjut lagi. Dokter tersebut, menurut Sari, khawatir adanya efek samping jika terapi dilakukan terlalu cepat.

”Dokter katakan, ’Nanti libido anak meningkat dan perubahan fisik terjadi terlalu cepat,’” katanya. Pulanglah Sari dengan rasa penasaran yang terus bergantung.

Tidak hanya Sari yang resah. Dokter ahli andrologi dan seksologi, Wimpie Pangkahila, belakangan makin sering kedatangan pasien-pasien kecil. Dalam satu bulan, lima hingga enam bocah laki-laki berusia 6-10 tahun dengan kasus penis yang terlalu kecil datang kepadanya. Dalam bahasa kedokteran, kondisi itu disebut mikropenis. Ada yang penisnya hanya sepanjang 1 sentimeter.

”Sepertinya kasus mikropenis semakin sering ditemukan. Tetapi, untuk membuktikan fenomena itu, harus ada penelitian,” ujar Wakil Ketua Umum Perkumpulan Kedokteran Antipenuaan Indonesia (Perkapi) itu.

Wimpie menduga, kasus mikropenis ada kaitannya dengan makanan yang dikonsumsi. Perkembangan penis terkait dengan hormon testosteron yang bertanggung jawab atas karakteristik pria. Dia menduga, produk ternak yang dikonsumsi ada yang mengandung hormon estrogen. Estrogen berperan dalam produksi hormon seks perempuan dan perkembangan ciri kelamin sekunder perempuan.

Ternak bisa saja mendapatkan estrogen lewat pakan ataupun injeksi. Biasanya dengan tujuan agar ternak cepat gemuk. Namun, Wimpie kembali menekankan perlunya penelitian mengenai kaitan produk ternak dengan kasus tersebut.

Zat-zat pengganggu

Spesialis endokrin anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Aman B Pulungan, berpendapat, mikropenis lebih disebabkan faktor hormonal sejak anak masih dalam kandungan.

Dalam berbagai studi mengenai kasus tersebut diketahui adanya zat kimia yang mengganggu atau mengubah fungsi endokrin yang disebut endocrine disrupter chemicals (EDC).

Zat pengganggu itu dapat menghambat kerja androgen, terutama mengganggu substansi yang bertanggung jawab dalam pembentukan organ seksual dan perkembangan karakteristik sekunder laki-laki. EDC tersebut, antara lain, adalah sejumlah zat yang terdapat dalam pestisida kimia, misalnya diklorodifeniltrikloroetan (DDT). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melarang sejumlah formulasi pestisida karena berbahaya bagi kesehatan secara keseluruhan. DDT termasuk bahan aktif yang dilarang.

Zat pengganggu tersebut, sebagai komponen, dapat berinteraksi dengan estrogen ataupun androgen reseptor serta sebagai antagonis (lawan hormon endogen). Bukti-bukti ilmiah yang ada juga menunjukkan zat pengganggu memodulasi aktivitas atau ekspresi dari enzim steroidegenik. EDC juga berakibat terhadap kelainan dan perkembangan organ seksual. Gangguan itu terjadi sejak dalam kandungan.

Aman mencontohkan, sebuah studi di China pernah mencatat adanya kasus mikropenis pada bayi-bayi yang dilahirkan di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu. Ternyata setelah diteliti, fenomena tersebut terkait dengan kandungan zat kimia (dalam kasus itu pestisida) yang masuk ke dalam tubuh.

Ukuran yang pas

Orangtua dapat khawatir anaknya mikropenis jika penis tampak kecil, kelihatan kulupnya saja, atau penis seperti menyatu dengan kantong zakar sehingga sulit terlihat. Kondisi tersebut ada sejak lahir. ”Untuk ketepatan diagnosis, ukuran penis harus dipastikan dengan teknik pengukuran yang benar,” ujar Aman, yang juga Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Dia mencontohkan, panjang penis bayi baru lahir pada kondisi rileks umumnya 3,1-4,7 cm, anak umur 1 tahun 3,9-5,6 cm, dan anak umur 6 tahun 5,2-7 cm. Kekurangan 2,5 cm dari rentang ukuran normal masih tidak perlu dikhawatirkan. Penis yang kurang dari ukuran normal itu disebut penis kecil dan belum perlu terapi hormon. Namun, jika kekurangannya 2,5 cm lebih dari rentang ukuran normal, anak dapat disebut mikropenis sehingga perlu diterapi.

Mikropenis dan kesuburan merupakan hal yang berbeda. Masalah kesuburan lebih terkait dengan testis (zakar). Belum tentu pemilik mikropenis tidak subur.

Hanya saja, seorang anak mikropenis dengan zakar tidak turun sangat berisiko terganggu kesuburannya. Ada kalanya kasus mikropenis diikuti dengan zakar kecil, zakar tidak turun, atau lubang kencing tidak pada tempatnya (hypospadia).

Bisa ditangani

Orangtua tidak perlu panik atau khawatir. Aman mengatakan, kasus mikropenis dapat ditangani. Sebaliknya, jika tidak ditangani, anak berisiko tetap mikropenis. Kelainan sebaiknya dideteksi dan diatasi sedari dini sehingga segera diterapi. Bahkan, terapi dapat dimulai sejak bayi.

”Sebaiknya, terapi jangan melewati usia pubertas atau masa pertumbuhan (14 tahun),” ujar President Elect Asia Pacific Paediatric Endocrine Society tersebut. Penanganan akan sangat sulit dan efek samping harus dinilai hati-hati.

Dalam terapi, spesialis endokrin anak memberikan hormon testosteron dalam dosis disesuaikan dengan kebutuhan anak. Terapi diberikan 4 kali setiap 3-4 minggu dengan total hanya 4 kali suntikan. Efek samping ringan yang dapat muncul, antara lain, adalah sering ereksi. Ada pula efek samping seperti memacu penutupan lempeng tulang (menghambat pertumbuhan) dan memacu pubertas jika dosis berlebihan, walaupun kasus demikian jarang terjadi. Dengan terapi, penis si kecil pun akan bisa tumbuh dengan baik.(Oleh Indira Permanasari, Kompas,Kamis, 18 Februari 2010)

Waspadai Penis Kecil Pada Anak

Sari, ibu dari Putera (6), belakangan bertanya-tanya tentang kenormalan organ vital anaknya. Dia merasa pertumbuhan penis putranya tidak sesuai usianya.

“Saya lihat, kok, berbeda perkembangannya dengan adik laki-lakinya. Terlalu kecil,” ujar perempuan warga Tangerang, Banten, itu beberapa waktu lalu. Dia lantas membawa putranya ke dokter anak di sebuah rumah sakit. Dokter menyarankan pengukuran terlebih dahulu. Tetapi, si kecil terus menolak dan menangis setiap kali alat kelamin hendak diukur sehingga mereka pulang tanpa hasil.


Pada saat anak usia enam tahun, Sari tetap merasa penis putranya tidak bertumbuh. ”Dengan usianya sekarang, tinggi badan 128 cm dan berat 30 kilogram, penis anak saya hanya seruas ibu jari. Skrotum juga tidak bertambah besar,” katanya.

Ketika kembali ke rumah sakit, dokter menyarankan agar Sari melihat perkembangan lebih lanjut lagi. Dokter tersebut, menurut Sari, khawatir adanya efek samping jika terapi dilakukan terlalu cepat.

”Dokter katakan, ’Nanti libido anak meningkat dan perubahan fisik terjadi terlalu cepat,’” katanya. Pulanglah Sari dengan rasa penasaran yang terus bergantung.

Tidak hanya Sari yang resah. Dokter ahli andrologi dan seksologi, Wimpie Pangkahila, belakangan makin sering kedatangan pasien-pasien kecil. Dalam satu bulan, lima hingga enam bocah laki-laki berusia 6-10 tahun dengan kasus penis yang terlalu kecil datang kepadanya. Dalam bahasa kedokteran, kondisi itu disebut mikropenis. Ada yang penisnya hanya sepanjang 1 sentimeter.

”Sepertinya kasus mikropenis semakin sering ditemukan. Tetapi, untuk membuktikan fenomena itu, harus ada penelitian,” ujar Wakil Ketua Umum Perkumpulan Kedokteran Antipenuaan Indonesia (Perkapi) itu.

Wimpie menduga, kasus mikropenis ada kaitannya dengan makanan yang dikonsumsi. Perkembangan penis terkait dengan hormon testosteron yang bertanggung jawab atas karakteristik pria. Dia menduga, produk ternak yang dikonsumsi ada yang mengandung hormon estrogen. Estrogen berperan dalam produksi hormon seks perempuan dan perkembangan ciri kelamin sekunder perempuan.

Ternak bisa saja mendapatkan estrogen lewat pakan ataupun injeksi. Biasanya dengan tujuan agar ternak cepat gemuk. Namun, Wimpie kembali menekankan perlunya penelitian mengenai kaitan produk ternak dengan kasus tersebut.

Zat-zat pengganggu

Spesialis endokrin anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Aman B Pulungan, berpendapat, mikropenis lebih disebabkan faktor hormonal sejak anak masih dalam kandungan.

Dalam berbagai studi mengenai kasus tersebut diketahui adanya zat kimia yang mengganggu atau mengubah fungsi endokrin yang disebut endocrine disrupter chemicals (EDC).

Zat pengganggu itu dapat menghambat kerja androgen, terutama mengganggu substansi yang bertanggung jawab dalam pembentukan organ seksual dan perkembangan karakteristik sekunder laki-laki. EDC tersebut, antara lain, adalah sejumlah zat yang terdapat dalam pestisida kimia, misalnya diklorodifeniltrikloroetan (DDT). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melarang sejumlah formulasi pestisida karena berbahaya bagi kesehatan secara keseluruhan. DDT termasuk bahan aktif yang dilarang.

Zat pengganggu tersebut, sebagai komponen, dapat berinteraksi dengan estrogen ataupun androgen reseptor serta sebagai antagonis (lawan hormon endogen). Bukti-bukti ilmiah yang ada juga menunjukkan zat pengganggu memodulasi aktivitas atau ekspresi dari enzim steroidegenik. EDC juga berakibat terhadap kelainan dan perkembangan organ seksual. Gangguan itu terjadi sejak dalam kandungan.

Aman mencontohkan, sebuah studi di China pernah mencatat adanya kasus mikropenis pada bayi-bayi yang dilahirkan di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu. Ternyata setelah diteliti, fenomena tersebut terkait dengan kandungan zat kimia (dalam kasus itu pestisida) yang masuk ke dalam tubuh.

Ukuran yang pas

Orangtua dapat khawatir anaknya mikropenis jika penis tampak kecil, kelihatan kulupnya saja, atau penis seperti menyatu dengan kantong zakar sehingga sulit terlihat. Kondisi tersebut ada sejak lahir. ”Untuk ketepatan diagnosis, ukuran penis harus dipastikan dengan teknik pengukuran yang benar,” ujar Aman, yang juga Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Dia mencontohkan, panjang penis bayi baru lahir pada kondisi rileks umumnya 3,1-4,7 cm, anak umur 1 tahun 3,9-5,6 cm, dan anak umur 6 tahun 5,2-7 cm. Kekurangan 2,5 cm dari rentang ukuran normal masih tidak perlu dikhawatirkan. Penis yang kurang dari ukuran normal itu disebut penis kecil dan belum perlu terapi hormon. Namun, jika kekurangannya 2,5 cm lebih dari rentang ukuran normal, anak dapat disebut mikropenis sehingga perlu diterapi.

Mikropenis dan kesuburan merupakan hal yang berbeda. Masalah kesuburan lebih terkait dengan testis (zakar). Belum tentu pemilik mikropenis tidak subur.

Hanya saja, seorang anak mikropenis dengan zakar tidak turun sangat berisiko terganggu kesuburannya. Ada kalanya kasus mikropenis diikuti dengan zakar kecil, zakar tidak turun, atau lubang kencing tidak pada tempatnya (hypospadia).

Bisa ditangani

Orangtua tidak perlu panik atau khawatir. Aman mengatakan, kasus mikropenis dapat ditangani. Sebaliknya, jika tidak ditangani, anak berisiko tetap mikropenis. Kelainan sebaiknya dideteksi dan diatasi sedari dini sehingga segera diterapi. Bahkan, terapi dapat dimulai sejak bayi.

”Sebaiknya, terapi jangan melewati usia pubertas atau masa pertumbuhan (14 tahun),” ujar President Elect Asia Pacific Paediatric Endocrine Society tersebut. Penanganan akan sangat sulit dan efek samping harus dinilai hati-hati.

Dalam terapi, spesialis endokrin anak memberikan hormon testosteron dalam dosis disesuaikan dengan kebutuhan anak. Terapi diberikan 4 kali setiap 3-4 minggu dengan total hanya 4 kali suntikan. Efek samping ringan yang dapat muncul, antara lain, adalah sering ereksi. Ada pula efek samping seperti memacu penutupan lempeng tulang (menghambat pertumbuhan) dan memacu pubertas jika dosis berlebihan, walaupun kasus demikian jarang terjadi. Dengan terapi, penis si kecil pun akan bisa tumbuh dengan baik.(Oleh Indira Permanasari, Kompas,Kamis, 18 Februari 2010)

MENGAPA HARUS MINUM SUSU, KALAU MINUM SUSU MEMICU KEHILANGAN KALSIUM

Didalam benak kita telah tertanam pendapat yang menyatakan bahwa dengan mengkonsumsi susu sapi secara rutin maka tulang dan gigi kita akan kuat, dan kita bisa terhindar dari masalah kerapuhan tulang atau osteoporosis. Tapi benarkah?

Susu memang menyediakan kalsium, tapi ironisnya susu juga dapat memicu hilangnya kalsium didalam tubuh. Hal ini karena konsumsi protein yang berlebih yang terdapat didalam susu sapi bisa meningkatkan kebutuhan mineral tubuh untuk menetralisir asam yang terbentuk dari hasil pencernaan protein hewani susu sapi. Mineral itu meliputi kalsium dan magnesium yang mayoritas disimpan didalam tulang. Bila kalsium tulang diambil untuk menetralisir kondisi asam darah, maka tulang akan kehilangan kalsium. Faktanya, pengeluaran kalsium dan hilangnya massa tulang meningkat sebanding dengan jumlah protein hewani yang dikonsumsi.

Singkatnya susu adalah substansi pembentuk asam didalam tubuh. Penumpukan asam pada tubuh juga beresiko terhadap proses penuaan dini dan kanker. Hal yang terbaik, seharusnya tubuh (darah) memiliki lingkungan yang sedikit basa. Diet tinggi susu, daging, unggas, berarti banyak protein yang dicerna, dan tubuh kita menjadi asam. Para vegetarian, sebagai contoh, hanya membutuhkan sekitar separuh kalsium dibanding pemakan daging, sehingga kehilangan kalsium tulangnya lebih sedikit.

Susu sapi juga mengandung posfor. Ketika kalsium dan posfor mencapai usus halus pada saat bersamaan maka mereka bersaing didalam penyerapan. Lebih banyak posfor membuat berkurangnya kalsium yang masuk ke tubuh. Beberapa senyawa posfat membentuk garam kalsium yang tidak larut didalam usus halus. Sebagai tambahan, posfor yang berlebih dapat memicu pengeluaran hormon paratiroid yang akan mengambil kalsium keluar dari tulang.

Tidak semua kalsium masuk ke dalam tubuh. Banyak komponen makanan seperti posfat, vitamin D, serat, protein dan hormon dapat mengubah penyerapan kalsium pada diet kita. Sebagai contoh, susu sapi memiliki 1200 mg kalsium perliternya, sedangnya ASI hanya 300 mg, tetapi total kalsium yang diserap oleh bayi dengan ASI lebih tinggi dibanding bayi yang minum susu sapi. Hal ini karena posfat dan asam palmitat pada susu sapi mengurangi penyerapan kalsium oleh tubuh. Rasio kalsium/posfor sangat penting bagi pembentukan tulang. Rasio yang ideal adalah 2.5:1, terlalu banyak posfor yang dikonsumsi akan merusak rasio tersebut dan hasilnya akan memicu hilangnya massa tulang tubuh. Rasio pada susu sapi hanya 1.3 :1.

Kalau minum susu sapi tidak menjamin membantu meningkatkan kalsium tulang, lalu bagaimana cara kita agar mendapatkan tulang kuat dan terhindar dari kerapuhan tulang?

Kalsium bukan satu satunya cara untuk meningkatkan kekuatan dan kepadatan tulang. Pada beberapa kasus pemberian dosis tinggi kalsium tidak menunjukan manfaat pada pencegahan osteoporosis, justru sebaliknya dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan seperti terjadinya deposit kalsium pada arteri, nyeri dada, irama jantung tidak beraturan (aritmia), hipertensi, dan batu ginjal. Pada beberapa studi, efek pemberian kalsium dosis tinggi tidak berpengaruh secara signifikan pada kepadatan mineral tulang trabecular dan hanya sedikit berpengaruh pada tulang cortical, padahal demineralisasi tulang trabecular merupakan faktor penentu osteoporosis.

Kalsium membutuhkan magnesium sebagai penyeimbang, yang akan mengatur persediaan kalsium tubuh sehingga menghindari deposit kalsium pada arteri ataupun batu ginjal. Kalsium juga membutuhkan vitamin D yang membantu penyerapan dan penyimpanan kalsium. Tanpa vitamin D yang cukup kalsium tidak dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Pencernaan kalsium juga bergantung pada kecukupan asam lambung, padahal semakin bertambah umur, produksi asam lambung menurun, yang mengakibatkan kalsium tidak tercerna dengan baik.

Kerapuhan tulang (osteoporosis) bukanlah penyakit yang mengerikan jika kita melakukan pencegahan sedini mungkin terutama ketika usia diatas 35 tahun dimana kehilangan massa tulang berlangsung secara signifikan. Kurangi konsumsi protein hewani, gula, makanan olahan, perbanyak sayuran hijau daun & buah, cukup mineral & vitamin , olahraga yang sesuai dan keseimbangan hormonal tubuh. Bila memngingkan tambahan suplemen vitamin dan mineral carilah yang dalam bentuk paling mudah diserap dengan komposisi lengkap. Ditulis oleh Hendri Priadi untuk http://www.cariobat.blogspot.com/

MENGAPA HARUS MINUM SUSU, KALAU MINUM SUSU MEMICU KEHILANGAN KALSIUM

Didalam benak kita telah tertanam pendapat yang menyatakan bahwa dengan mengkonsumsi susu sapi secara rutin maka tulang dan gigi kita akan kuat, dan kita bisa terhindar dari masalah kerapuhan tulang atau osteoporosis. Tapi benarkah?

Susu memang menyediakan kalsium, tapi ironisnya susu juga dapat memicu hilangnya kalsium didalam tubuh. Hal ini karena konsumsi protein yang berlebih yang terdapat didalam susu sapi bisa meningkatkan kebutuhan mineral tubuh untuk menetralisir asam yang terbentuk dari hasil pencernaan protein hewani susu sapi. Mineral itu meliputi kalsium dan magnesium yang mayoritas disimpan didalam tulang. Bila kalsium tulang diambil untuk menetralisir kondisi asam darah, maka tulang akan kehilangan kalsium. Faktanya, pengeluaran kalsium dan hilangnya massa tulang meningkat sebanding dengan jumlah protein hewani yang dikonsumsi.

Singkatnya susu adalah substansi pembentuk asam didalam tubuh. Penumpukan asam pada tubuh juga beresiko terhadap proses penuaan dini dan kanker. Hal yang terbaik, seharusnya tubuh (darah) memiliki lingkungan yang sedikit basa. Diet tinggi susu, daging, unggas, berarti banyak protein yang dicerna, dan tubuh kita menjadi asam. Para vegetarian, sebagai contoh, hanya membutuhkan sekitar separuh kalsium dibanding pemakan daging, sehingga kehilangan kalsium tulangnya lebih sedikit.

Susu sapi juga mengandung posfor. Ketika kalsium dan posfor mencapai usus halus pada saat bersamaan maka mereka bersaing didalam penyerapan. Lebih banyak posfor membuat berkurangnya kalsium yang masuk ke tubuh. Beberapa senyawa posfat membentuk garam kalsium yang tidak larut didalam usus halus. Sebagai tambahan, posfor yang berlebih dapat memicu pengeluaran hormon paratiroid yang akan mengambil kalsium keluar dari tulang.

Tidak semua kalsium masuk ke dalam tubuh. Banyak komponen makanan seperti posfat, vitamin D, serat, protein dan hormon dapat mengubah penyerapan kalsium pada diet kita. Sebagai contoh, susu sapi memiliki 1200 mg kalsium perliternya, sedangnya ASI hanya 300 mg, tetapi total kalsium yang diserap oleh bayi dengan ASI lebih tinggi dibanding bayi yang minum susu sapi. Hal ini karena posfat dan asam palmitat pada susu sapi mengurangi penyerapan kalsium oleh tubuh. Rasio kalsium/posfor sangat penting bagi pembentukan tulang. Rasio yang ideal adalah 2.5:1, terlalu banyak posfor yang dikonsumsi akan merusak rasio tersebut dan hasilnya akan memicu hilangnya massa tulang tubuh. Rasio pada susu sapi hanya 1.3 :1.

Kalau minum susu sapi tidak menjamin membantu meningkatkan kalsium tulang, lalu bagaimana cara kita agar mendapatkan tulang kuat dan terhindar dari kerapuhan tulang?

Kalsium bukan satu satunya cara untuk meningkatkan kekuatan dan kepadatan tulang. Pada beberapa kasus pemberian dosis tinggi kalsium tidak menunjukan manfaat pada pencegahan osteoporosis, justru sebaliknya dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan seperti terjadinya deposit kalsium pada arteri, nyeri dada, irama jantung tidak beraturan (aritmia), hipertensi, dan batu ginjal. Pada beberapa studi, efek pemberian kalsium dosis tinggi tidak berpengaruh secara signifikan pada kepadatan mineral tulang trabecular dan hanya sedikit berpengaruh pada tulang cortical, padahal demineralisasi tulang trabecular merupakan faktor penentu osteoporosis.

Kalsium membutuhkan magnesium sebagai penyeimbang, yang akan mengatur persediaan kalsium tubuh sehingga menghindari deposit kalsium pada arteri ataupun batu ginjal. Kalsium juga membutuhkan vitamin D yang membantu penyerapan dan penyimpanan kalsium. Tanpa vitamin D yang cukup kalsium tidak dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Pencernaan kalsium juga bergantung pada kecukupan asam lambung, padahal semakin bertambah umur, produksi asam lambung menurun, yang mengakibatkan kalsium tidak tercerna dengan baik.

Kerapuhan tulang (osteoporosis) bukanlah penyakit yang mengerikan jika kita melakukan pencegahan sedini mungkin terutama ketika usia diatas 35 tahun dimana kehilangan massa tulang berlangsung secara signifikan. Kurangi konsumsi protein hewani, gula, makanan olahan, perbanyak sayuran hijau daun & buah, cukup mineral & vitamin , olahraga yang sesuai dan keseimbangan hormonal tubuh. Bila memngingkan tambahan suplemen vitamin dan mineral carilah yang dalam bentuk paling mudah diserap dengan komposisi lengkap. Ditulis oleh Hendri Priadi untuk http://www.cariobat.blogspot.com/