Pare, obat diabetes, cacingan dan sifilis

Pare(Momordica charantia L.)
Sinonim := M.balsamina, Blanco. = M.balsamina, Descourt. = M.cylindrica, Blanco. = M.jagorana C.Koch. = M.operculata, Vell. = Cucumis africanus, Lindl.
Familia :Cucurbitaceae
Uraian :
Pare banyak terdapat di daerah tropika, tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar, untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung. Tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan alat pembelit atau sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak.
Batang berusuk lima, panjang 2-5 m, yang muda berambut rapat. Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak berseling, bentuknya bulat panjang, dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung, warnanya hijau tua. Taju bergigi kasar sampai berlekuk menyirip. Bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, berwarna kuning.
Buah bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit. Warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan 3 katup. Biji banyak, coklat kekuningan, bentuknya pipih memanjang, keras. Ada 3 jenis tanaman pare, yaitu pare gajih, pare kodok dan pare hutan. Pare gajih berdaging tebal, warnanya hijau muda atau keputihan, bentuknya besar dan panjang dan rasanya tidak begitu pahit. Pare kodok buahnya bulat pendek, rasanya pahit. Pare hutan adalah pare yang tumbuh liar, buahnya kecil-kecil dan rasanya pahit.
Untuk memperoleh buah yang panjang dan lurus, biasanya pada ujung buah yang masih kecil digantungkan batu. Daun dari pare yang tumbuh liar, dinamakan daun tundung. Daun ini dikatakan lebih berkhasiat bila digunakan untuk pengobatan. Daun dan buahnya yang masih muda dimakan sebagai lalab mentah atau setelah dikukus terlebih dahulu, dimasak sebagai sayuran, tumis, sambal goreng, gado-gado, dan sebagainya. Tanaman ini juga dapat digunakan untuk membunuh serangga. Perbanyakan dengan biji.

Nama Lokal :

Paria, pare, pare pahit, pepareh (Jawa). Prieu, peria, foria,; Pepare, kambeh, paria (Sumatera). Paya, paria, truwuk, ; Paita, paliak, pariak, pania, pepule (Nusa tenggara). Poya, ; Pudu, pentu, paria belenggede, palia (Sulawesi). Papariane,; Pariane, papari, kakariano, taparipong, papariano, popare, pepare;
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS:
Pahit, dingin, Anti radang. Masuk meridian jantung, hati dan paru. Buah: Peluruh dahak, pembersih darah, menambah napsu makan, penurun panas, penyegar badan. Bunga: Memacu enzim pencernaan. Daun: Peluruh haid, pencahar, perangsang muntah, penurun panas.
KANDUNGAN KIMIA:
Daun: Momordisin, momordin, karantin, asam trikosanik, resin, asam resinat, saponin, vitamin A dan C serta minyak lemak terdiri dari asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan L.oleostearat. Buah: Karantin, hydroxytryptamine, vitamin A,B dan C. Biji: Momordisin.
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Batuk, radang tenggorokan, Sakit Mata merah, Demam, malaria.; Menambah napsu makan, kencing manis, Rhematik, Sariawan; Bisul, Abses, Demam, malaria, sakit lever, sembelit, cacingan
BAGIAN YANG DIPAKAI: Buah, biji, bunga, daun dan akar.
KEGUNAAN:
Buah:
– Batuk, radang tenggorok (pharyngitis).
– Haus karena panas dalam.
– Mata sakit dan merah.
– Demam, malaria.
– Pingsan karena udara panas (heatstroke).
– Menambah napsu makan.
– kencing manis.
– Disentri.
– Rheumatism, rematik gout.
– Memperbanyak air susu (ASI).
– Datang haid sakit (dismenorrhoea).
– Sariawan.
– lnfeksi cacing gelang.
Bunga: – Pencernaan terganggu
Daun:
– Cacingan.
– Luka, abses, bisul.
– Erysipelas.
– Terlambat haid.
– Sembelit, menambah napsu makan.
– Sakit lever.
– Demam.
– Melancarkan pengeluaran ASI.
– Sifilis, kencing nanah (Gonorrhea).
– Menyuburkan rambut pada anak balita.
Akar:
Disentri amuba.
– Wasir.
Biji:
– Cacingan.
– Impotensi,
– Kanker.
PEMAKAIAN:
Untuk minum: 15-30 g di juice atau di rebus.
Pemakaian luar. Buah atau daun secukupnya digiling halus, untuk pemakaian setempat pada luka bakar, bisul, abses, eksim, digigit serangga, biang keringat (miliaria), melancarkan pengeluaran ASI, dan sebagainya.
CARA PEMAKAIAN:
1. Haus karena panas dalam, demam, heat stroke:
Satu buah pare mentah yang masih segar dicuci bersih, lalu dibelah. Buang isinya, potong-potong secukupnya, lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum.
2. Diabetes:
a. 200 g buah pare segar dicuci bersih lalu diblender. Tambahkan air minum secukupnya, lalu diperas dengan sepotong kain sampai terkumpul sebanyak 50 ml (seperempat gelas). Perasan dihangatkan dengan api kecil selama 15-30 menit. Setelah dingin diminum, lakukan setiap hari.
b. 200 g buah pare dicuci bersih lalu diiris tipis-tipis. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum, Lakukan setiap hari.
3. Disentri.
Buah pare segar dicuci lalu dibelah, isinya dibuang. Parut atau dijuice, airnya diminum. Segera minum air matang. Satu kali minum 200 cc.
4. Disentri amuba, diare:
Ambil akar pare yang masih segar sebanyak 30 g. Dicuci bersih lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, tambahkan gula pasir secukupnya lalu diminum.
5. Cacingan pada anak:
a. Daun segar sebanyak 7 g, diseduh dengan 1/2 cangkir air panas. Setelah dingin disaring, tambahkan 1 sendok teh madu. Aduk sampai merata, minum sekaligus sebelum makan pagi.
b. Ambil dua sampai tiga biji pare. Giling sampai halus, aduk dengan sedikit air masak. Minum, disusul dengan minum air hangat. Ramuan ini untuk pengobatan infeksi cacing gelang.
6. Menyuburkan rambut yang tipis dan kemerahan:
a. Ambil segenggam daun pare, cuci bersih. Daun kemudian ditumbuk sampai seperti bubur, tambahkan air 3/4 gelas. Ramuan ini kemudian diembunkan semalaman. Pagi-pagi ramuan ini disaring, airnya dipakai untuk membasuh kulit kepala.
b. Ambil daun pare yang masih segar secukupnya, lalu dicuci bersih. Daun pare tadi ditumbuk sampai halus, lalu diperas dengan sepotong kain. Airnya dipakai untuk melumas kulit kepala. Lakukan setiap hari. Ramuan ini terutama digunakan untuk bayi dan anak balita.
7. Bisul, abses:
Ambil segenggam daun pare, cuci bersih lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum.
8. Demam, malaria, sakit lever, sembelit, cacingan:
Segenggam penuh daun pare dicuci bersih, lalu ditumbuk halus. Tambahkan 1 cangkir air matang, diaduk merata lalu disaring. Air saringannya ditambahkan sedikit garam, lalu diminum pada pagi hari sebelum makan.
9. Kencing nanah:
6 lembar daun pare, 2 jari akar jayanti, 2 jari kulit kemboja, 1 jari rimpang temulawak, 3 jari gula enau, dicuci dan dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 4 gelas air sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum. Sehari 3 x 3/4 gelas.
10. Sifilis:
5 lembar daun pare, 2 jari akar jayanti, 3/4 jari rimpang temulawak, 3/4 jari batang brotowali, 1 jari gadung cina, 3 jari gula enau, dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 4,5 gelas air bersih, sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum. Sehari 3 x 3/4 gelas.
11. Batuk, batuk rejan:
1/3 genggam daun pare hutan dicuci bersih lalu digiling sampai halus. Tambahkan 3/4 cangkir air masak dan sedikit garam, aduk merata, lalu disaring, minum.
Lakukan 2 kali sehari.
12. Melancarkan pengeluaran ASI:
Daun pare secukupnva dicuci bersih, lalu digiling halus. Balurkan disekeliling payudara.
13. Sariawan, dismenorrhoea: 60 g buah pare dibuang bijinya lalu diparut, peras dengan sepotong kain. Air parutannya ditambah sedikit gula, aduk sampai merata. Minum sekaligus.

Ubi Kayu (Manihot esculenta, Crautz.)

Familia : Euphorbiaceae
Uraian :
Ubi kayu (manihot esculenta) termaasuk tumbuhan berbatang pohon lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter. Pemeliharaannya mudah dan produktif. Ubi kayu dapat tumbuh subur di daerah yang berketinggian 1200 meter di atas permukaan air laut. Daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai
daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau atau merah.
.
Nama Lokal :
Cassava (Inggris), Kasapen, sampeu, kowi dangdeur (Sunda); Ubi kayu, singkong, ketela pohon (Indonesia); Pohon, bodin, ketela bodin, tela jendral, tela kaspo (Jawa);

KANDUNGAN KIMIA :

Ubi kayu mempunyai komposisi kandungan kimia ( per 100 gram ) antara lain :
– Kalori 146 kal
– Protein 1,2 gram
– Lemak 0,3 gram
– Hidrat arang 34,7 gram
– Kalsium 33 mg
– Fosfor 40 mg
– Zat besi 0,7 mg
Buah ubi kayu mengandung ( per 100 gram ) :
– Vitamin B1 0,06 mg
– Vitamin C 30 mg
– dan 75 % bagian buah dapat dimakan.
Daun ubi kayu mengandung ( per 100 gram ) :
– Vitamin A 11000 SI
– Vitamin C 275 mg
– Vitamin B1 0,12 mg
– Kalsium 165 mg
– Kalori 73 kal
– Fosfor 54 mg
– Protein 6,8 gram
– Lemak 1,2 gram
– Hidrat arang 13 gram
– Zat besi 2 mg
– dan 87 % bagian daun dapat dimakan.
Kulit batang ubi kayu mengandung tanin, enzim peroksidase, glikosida dan
kalsium oksalat.
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Reumatik, Demam, Sakit kepala, Diare, Cacingan, Mata kabur; Nafsu makan, Luka bernanah, Luka baru kena panas;
Pemanfaatan :
1. Reumatik
a. Bahan: 5 lembar daun ubi kayu, 1/4 sendok kapur sirih.
Cara membuat: kedua bahan tersebut ditumbuk halus.
Cara menggunakan: digunakan sebagai bedak/bobok pada bagian yang sakit.
b. Bahan: 1 potong batang ubi kayu.
Cara membuat : direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 4 gelas, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan : diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
2. Demam
a. Bahan: 1 potong batang daun ubi kayu.
Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
b. Bahan: 3 lembar daun ubi kayu.
Cara membuat: ditumbuk halus.
Cara menggunakan: dipergunakan sebagai kompres.
3. Sakit Kepala
Bahan: 3 lembar daun ubi kayu.
Cara membuat: ditumbuk halus.
Cara menggunakan: dipergunakan sebagai kompres.
4. Diare
Bahan: 7 lembar daun ubi kayu.
Cara membuat: direbus dengan 4 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore. Bila anak yang masih menyusui yang kena diare, ibunya yang meminum.
5. Mengusir cacing perut
Bahan: kulit batang ubi kayu secukupnya.
Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum menjelang tidur malam.
6. Mata sering kabur
Bahan: daun ubi kayu secukupnya.
Cara membuat: direbus, diberi bumbu garam dan bawang putih secukupnya.
Cara menggunakan: dimakan bersama nasi setiap hari.
7. Menambah nafsu makan
Bahan: daun ubi kayu secukupnya.
Cara membuat: direbus, diberi bumbu garam dan bawang putih secukupnya.
Cara menggunakan: dimakan bersama nasi dan sambal tomat.
8. Luka bernanah
a. Bahan: batang daun ubi kayu yang masih muda.
Cara membuat: ditumbuk halus.
b. Bahan: 1 potong buah ubi kayu.
Cara membuat: diparut. Cara menggunakan: dibobokan pada bagian tubuh yang luka
9. Luka baru kena barang panas (mis. knalpot)
Bahan: 1 potong buah ubi kayu.
Cara membuat: diparut dan diperas untuk diambil airnya, dan dibiarkan beberapa saat sampai tepung (patinya = jawa) mengendap.
Cara menggunakan: tepung (pati) dioleskan pada bagian tubuh yang luka.

Wortel (Daucus carota, Linn.) untuk mata, jantung & obat cacing

Sinonim : Daucus carota, Linn.
Familia : Apiaceae
.
Uraian :
Wortel (Daucus carota) adalah tumbuhan sayur yang ditanam sepanjang tahun. Terutama di daerah pegunungan yang memiliki suhu udara dingin dan lembab, kurang lebih pada ketinggian 1200 ineter di atas permukaan laut. Tumbuhan wortel mernbutuhkan sinar matahari dan dapat turnbuh pada sernua musim. Wortel mempunyai batang daun basah yang berupa sekumpulan pelepah (tangkai daun) yang muncul dari pangkal buah bagian atas (umbi akar), mirip daun seledri. Wortel menyukai tanah yang gembur dan subur.
.
Menurut para botanis, wortel (Daucus carota) dapat dibedakan atas beberapa jenis, di antaranya:
  • jenis imperator, yakni wortel yang memiliki
    umbi akar berukuran panjang dengan ujung meruncing dan rasanya kurang manis.
  • jenis chantenang, yakni wortel yang memiliki umbi akar berbentuk bulat
    panjang dan rasanya manis.
  • jenis mantes, yakni wortel hasil kornbinasi dari
    jenis wortel imperator dan chantenang. Umbi akar wortel berwarna khas oranye.
Nama Lokal :Carrot (Inggris), Carotte (Perancis), Bortel (Belanda); Wortel (Indonesia), Bortol (Sunda), Wortel, Ortel (Madura); Wortel, Wortol, Wertol, Wertel, Bortol (Jawa);
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA :
.
Wortel (Daucus carota) mempunyai nilai kandungan Vitamin A yang tinggi yaitu sebesar 12000 SI. Sementara komposisi kandungan unsur yang lain adalah kalori sebesar 42 kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,3 gram, hidrat arang 9,3 gram, kalsium 39 miligram, fosfor 37 miligram, besi 0,8
miligram, vitamin B 1 0,06 miligram, dan vitamin C 6 miligram. Komposisi di atas diukur per 100 gram.
.
Penyakit Yang Dapat Diobati :Kejang Jantung, Eksim, Cacing Kremi, Mata minus;
.
Pemanfaatan :
1. Kejang Jantung
Bahan: umbi wortel, 2 sendok madu, dan 1 potong gula aren; Cara membuat: wortel diparut dan diperas dengan 2 gelas air, kemudian dioplos dengan bahan lainnya sampai merata; Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari.
2. Eksim
a. Bahan:
1 umbi wortel dan 1 sendok teh kapur sirih; Cara membuat: wortel diparut dan dicarnpur dengan kapur sirih sampai merata; Cara menggunakan: ditempelkan pada bagian yang sakit dan dibalut dengan verban.
b. Bahan:
3 umbi wortel; Cara membuat: diparut dan disedu dengan 2 gelas air masak; Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari.
3. Cacing Kremi
Bahan: 5-7 umbi wortel, garam dan santan kelapa secukupnya; Cara membuat: wortel diparut, kemudian ditambah dengan bahan lainnya; Cara menggunakan: diperas dan disaring, kemudian diminum menjelang tidur malam.
4. Mata Minus
Bahan:
umbi wortel secukupnya; Cara membuat: diparut dan diperas untuk diambil airnya; Cara menggunakan: diminurn setiap pagi hari secara teratur.
.
sumber : iptek.net

Bangle Atasi Rematik, Masuk Angin, dan Lemak Tubuh

Kompresan bangle sembuhkan rematik Maria. Rimpang tanaman ini punya banyak khasiat. Seorang ibu turun brat badannya dari 74 kg menjadi 64 kg setelah minum air rebusan bangle selama 6 bulan.
Maria (64), ibu rumah tangga, telah 5 tahun mengalami rematik. Berbagai obat antinyeri telah ia coba, namun kekambuhan terus menghantuinya. Setiap kali obatnya habis, pergelangan kedua kakinya membengkak. Ini membuat jalannya tertatih-tatih. Seabrek pantangan harus dijalani, seperti tidak makan emping, jeroan, bayam dan buncis.
Lima bulan lalu, ia mencoba resep dari seorang sinse di Jembatan Lima, Jakarta Barat, berupa kompresan bangle. Tanpa dinyana, gangguan rematik tak lagi mengganggunya.
Yosep (35), bulan lalu diketahui mengidap penyakit hepatitis A. Oleh Sinse David Sungahanda, dari Klinik Lotus, Jakarta, ia dianjurkan mengonsumsi ramuan bangle dicampur temulawak, air gula, dan madu. Hasilnya, Yosep terbebas dari penyakit hepatitis A.
Ade (39), ibu rumah tangga, turun berat badannya, dari 74 kg menjadi 64 kg, setelah minum air rebusan bangle sehari sekali selama 6 bulan. Menurut Sinse David, yang merawat Ade, bangle mengandung asam organik yang berkhasiat mengurangi lemak tubuh. Selain itu, air rebusan bangle bersifat hangat dan melapisi dinding usus.
Di lingkungan keluarga, Sinse David telah memanfaatkan bangle untuk kerokan ketika bayinya susah tidur dan rewel. Caranya, parutan rimpang bangle dibalurkan ke punggung bayi sambil diusap-usap dan ditekan. Ia juga meresepkan bangle untuk gangguan sakit saat buang air kecil.
Air rendaman bangle juga bisa dimanfaatkan untuk mengobati sakit perut karena sifatnya hangat bak jahe. Setelah istrinya melahirkan, David memborehkan parutan bangle di perutnya.
Bangle mempunyai nama Latin Zingiber cassumunar Roxb. Oleh masyarakat Indonesia biasa dipakai sebagai penangkal energi jahat untuk bayi yang baru lahir. Umbi yang wangi ini juga mampu melangsingkan, meredakan demam, migrain, sakit kuning, cacingan, bahkan nyeri sendi.
Pedas dan Pahit
Bangle tumbuh di Asia Selatan, dari India hingga Indonesia. Di Jawa, tanaman yang disebut unin makei ini ditanam di pekarangan yang cukup mendapat sinar matahari. Pada tanah yang becek, pertumbuhannya akan terganggu dan rimpangnya cepat busuk.
Herba ini tingginya 1-1,5 meter, membentuk rumpun yang padat. Helaian daun berbentuk lonjong, tipis, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, berambut halus, pertulangan menyirip, panjang 23-35 cm, lebar 20-40 mm. Rimpang bangle menjalar dan berdaging, bentuknya hampir bundar sampai jorong atau tidak beraturan, tebalnya 2-5 mm. Permukaan luar tidak rata, berkerut, kadang dengan parut daun, warnanya coklat muda kekuningan, bila dibelah berwarna kuning muda sampai kecoklatan. Rasanya pedas dan pahit.
Dijelaskan oleh Hieronymus Budi Santoso, penulis buku pertanian dan tenologi tepat guna dari Yogyakarta, rimpang bangle mengandung zat-zat kimia berupa sineol, pinen dan seskuitterpen seskuitterpen. Rimpang tanaman ini juga mengandung mineral, albuminoid, lemak, getah yang pahit, dan asam-asam organik.
Efek farmakologis rimpang ini adalah penurun panas (antipiretik), peluruh kentut (karminatif), peluruh dahak (expectorani), pembersih darah, pencahar (laksan), dan obat cacing (vermifuge). Khasiat rimpang bangle menurut Hieronymus, untuk obat asma dan rematik.
Menurut Dr. Setiawan Dalimartha, anggota SP3T (Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional) DKI Jakarta, rematik tidak hanya menyerang persendian, tapi juga otot atau tendon. Penyebabnya bisa karena infeksi, seperti halnya penyakit kencing nanah, yang jika tidak diobati akan menimbulkan rematik. Karena itulah, bangle mampu meredam sakit rematik.
Khasiat lainnya, daunnya berguna untuk perangsang nafsu makan. Selain itu untuk obat sakit perut karena berkhasiat membersihkan darah dan sebagai peluruh kentut.
Dari demam Hingga Cacingan
Menurut Sinse David Sungahanda dari Klinik Lotus, Jakarta dan H. Sarah Kriswanti, Herbalis dari Bandung, untuk pemakaian dalam, rebus 3 jari tangan rimpang bangle. Untuk pemakaian luar, 5 jari tangan rimpang bangle dicuci bersih, lalu diparut. Dipakai sebagaii tapal atau boreh saat sakit kepala, pegal linu, dan mengecilkan perut sehabis melahirkan.
Berikut contoh pemakaian bangle untuk mengatasi:
1. Demam Masuk Angin
Ambil 15 g rimpang bangle segar cuci lalu parut. Tambahkan 1/2 cangkir air panas dan 2 sendok makan madu. Aduk merata lalu peras dan saring. Minum 2 kali sehari.
2. Perut Mulas
Ambil setengah jari tangan rimpang bangle, rimpang jahe, kencur dan lempuyang wangi, cuci bersih, lalu iris tipis-tipis. Rebus dengan 1 gelas air bersih sampai tersisa 1/2 gelas. Saring, minum ketika dingin.
3. Sakit Kepala
Rimpang segar secukupnya dicuci bersih lalu diparut. Tambahkan sedikit air sampai menjadi adonan seperti bubur. Dipakai sebagai pilus pada dahi.
4. Sakit kuning
Setengah jari rimpang bangle dicuci bersih lalu diparut. Tambahkan air masak dan madu masing-masing 1 sendok makan. Peras dan saring, lalu diminum. Lakukan 2 kali sehari.
5. Nyeri Sendi (Rematik)Rimpang segar secukupnya dicuci lalu diparut, tambahkan arak sampai menjadi adonan seperti bubur encer. Borehkan ke bagian sendi yang sakit.
6. Cacingan
Tiga jari rimpang bangle, 2 jari temu hitam, 5 biji ketumbar, dan 5 lembar tangkai daun sirih dicuci lalu diiris tipis-tipis kemudian ditumbuk halus. Tambahkan 1/2 cangkir air masak, aduk merata. Setelah diperas dan disaring, ramuan bisa diminum.
Selain itu, bangle juga bisa digunakan untuk:
– Mengecilkan perut setelah melahirkan
Rimpang bangle secukupnya dicuci lalu diparut, borehkan pada perut.
– Mengurangi lemak tubuh.
a.Sepotong rimpang bangle dan 7 lembar daun jati belanda dicuci lalu direbus dengan 1,5 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, dibagi 2, minum tiap pagi dan sore hari.
b. Setengah jari rimpang bangle, 1/2 jari rimpang temu giring, 3/4 jari rimpang lempuyang wangi, 1/4 genggam daun jati belanda, 3 jari gula enau, dicuci dan dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 4 1/2 gelas air bersih sampai tersisa setengahnya. Setelah dingin disaring, dibagi 3, minum tiap pagi, siang, dan malam.
c. Rimpang bangle dan rimpang temu hitam masing-masing 1/2 jari tangan, dicuci lalu diparut. Tambahkan 1 sendok makan air jeruk nipis dan 2 sendok makan madu, aduk merata sambil diremas-remas. Peras dan saring, minum. Lakukan 2-3 kali sehari.
Sumber: Senior