Kelenjar Hipofisa

Hipofisa merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak.

Sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.

Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.

Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya. Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas hipofisa.

Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus posterior (belakang).

Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan melalui impuls saraf.

Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan fungsi:

# Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur dan buah zakar)

# Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)

# Pertumbuhan seluruh tubuh.

Adenohipofisa juga menghasilkan hormon yang menyebabkan kulit berwarna lebih gelap dan hormon yang menghambat sensasi nyeri.

Hipofisa posterior menghasilkan hormon yang berfungsi:

# Mengatur keseimbangan air

# Merangsang pengeluaran air susu dari payudara wanita yang menyusui

# Merangsang kontraksi rahim.

Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas kelenjar target.

Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya dilepaskan terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode aktif dan tidak aktif.

Beberapa hormon (misalnya kortikotropin yang berfungsi mengendalikan kelenjar adrenal, hormon pertumbuhan yang mengendalikan pertumbuhan dan prolaktin yang mengendalikan pembuatan air susu) mengikuti suatu irama yang teratur, yaitu kadarnya meningkat dan menurun sepanjang hari, biasanya mencapai puncaknya sesaat sebelum bangun dan turun sampai kadar terendah sesaat sebelum tidur.

Kadar hormon lainnya bervariasi, tergantung kepada beberapa faktor. Pada wanita, kadar LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone) yang mengendalikan fungsi reproduksi, bervariasi selama siklus menstruasi.

Terlalu banyak atau terlalu sedikitnya satu atau lebih hormon hipofisa menyebabkan sejumlah gejala yang bervariasi.

FUNGSI HIPOFISA ANTERIOR

Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Bagian ini melepaskan hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan fisik yang normal atau merangsang aktivitas kelenjar adrenal, kelenjar tiroid serta indung telur atau buah zakar.

Jika hormon yang dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin lainnya juga akanmelepaskan hormon yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Salah satu hormon yang dilepaskan oleh lobus anterior adalah kortikotropin (ACTH, adenocorticotropic hormone), yang merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol dan beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik).

Tanpa kortikotropin, kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal.

Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-melanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan endorfin, yang mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.

TSH (thyroid-stimulating hormone) juga dihasilkan oleh lobus anterior dan berfungsi merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.

Terlalu banyak TSH menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme), terlalu sedikit TSH menyebakbn berkurangnya pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).

2 hormon lainnya yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone). Keduanya merupakan gonadotropin, berfungsi merangsang indung telur dan buah zakar.

Pada wanita, kedua hormon ini merangsang pembentukan estrogen dan progesteron serta merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur.

Pada pria, LH merangsang buah zakar untuk menghasilkan testosteron dan FSH merangsang pembentukan sperma.

Salah satu hormon terpenting yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah hormon pertumbuhan, yang merangsang pertumbuhan otot dan tulang serta membantu mengatur metabolisme.

Hormon pertumbuhan dapat meningkatkan aliran gula ke otot dan lemak, merangsang pembentukan protein di hati dan otot serta memperlambat pembentukan jaringan lemak.

Efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan adalah menghambat pengambilan dan pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan meningkatkan pembentukan lemak dan kadar lemak dalam darah.

Kedua efek tersebut sangat penting karena tubuh harus menyesuaikan diri dengan kekurangan makanan ketika berpuasa.

Bersamaan dengan kortisol, hormon pertumbuhan membantu mempertahankan kadar gula darah untuk otak dan memindahkan lemak, sehingga sel-sel tubuha lainnya dapat menggunakannya sebagai cadangan sumber energi.

Pada berbagai kasus, hormon pertumbuhan tampaknya bekerja dengan cara mengaktifkan sejumlah faktor pertumbuhan, yang paling penting adalah faktor pertumbuhan yang menyerupai insulin (IGF-1, insulin-klike growth factor).

FUNGSI LOBUS POSTERIOR

Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon antidiuretik dan oksitosin.

Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam hipotalamus; sel-sel saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa posterior, dimana hormon ini dilepaskan.

Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang kelenjar endokrin lainnya, tetapi langsung mempengaruhi organ target.

Hormon antidiuretik (disebut juga vasopresin) meningkatkan penahanan air oleh ginjal. Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai.

Jika terjadi dehidrasi, maka reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik. Kadar elektrolit (misalnya natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-sel berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang dirasakan oleh otak) akan merangsang pelepasan hormon antidiuretik.

Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula darah yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya klorpropamid, obat-obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati asma dan emfisema).

Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan hormon antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan dimana ginjal terlalu banyak membuang air.

Kadang hormon antidiuretik diproduksi secara berlebihan, misalnya pada SIADH (syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone). Pada SIADH, kadar hormon antidiuretik terlalu tinggi sehingga tubuh menahan air dan kadar beberapa elektrolit dalam darah (misalnya natrium) menurun. Sindroma ini terjadi pada penderita gagal jantung dan penderita penyakit hipotalamus.

Kadang hormon antidiuretik dibuat diluar hipofisa, terutama oleh beberapa kanker paru-paru. Karena itu jika ditemukan kadar hormon antidiuretik yang tinggi, selain dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi kelenjar hipofisa, juga dilakukan pemeriksaan terhadap kanker.

Oksitosin menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah persalinan untuk mencegah perdarahan.

Oksitosin juga merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu. Pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam payudara berkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa

Hormon

Organ target

Hormon antidiuretik

Ginjal

Beta-melanocyte stimulating hormone

Kulit

Kortikotropin

Kelenjar adrenal

Endorfin

Otak

Enkefalin

Otak

FSH

Indung telur atau buah zakar

Hormon pertumbuhan

Otot & tulang

LH

Indung telur atau buah zakar

Oksitosin

Rahim & kelenjar susu

Prolaktin

Kelenjar susu

TSH

Kelenjar tiroid

Kelenjar Hipofisa



Hipofisa merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak.

Sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.

Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.

Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya. Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas hipofisa.

Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus posterior (belakang).

Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan melalui impuls saraf.

Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan fungsi:

# Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur dan buah zakar)

# Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)

# Pertumbuhan seluruh tubuh.

Adenohipofisa juga menghasilkan hormon yang menyebabkan kulit berwarna lebih gelap dan hormon yang menghambat sensasi nyeri.

Hipofisa posterior menghasilkan hormon yang berfungsi:

# Mengatur keseimbangan air

# Merangsang pengeluaran air susu dari payudara wanita yang menyusui

# Merangsang kontraksi rahim.

Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas kelenjar target.

Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya dilepaskan terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode aktif dan tidak aktif.

Beberapa hormon (misalnya kortikotropin yang berfungsi mengendalikan kelenjar adrenal, hormon pertumbuhan yang mengendalikan pertumbuhan dan prolaktin yang mengendalikan pembuatan air susu) mengikuti suatu irama yang teratur, yaitu kadarnya meningkat dan menurun sepanjang hari, biasanya mencapai puncaknya sesaat sebelum bangun dan turun sampai kadar terendah sesaat sebelum tidur.

Kadar hormon lainnya bervariasi, tergantung kepada beberapa faktor. Pada wanita, kadar LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone) yang mengendalikan fungsi reproduksi, bervariasi selama siklus menstruasi.

Terlalu banyak atau terlalu sedikitnya satu atau lebih hormon hipofisa menyebabkan sejumlah gejala yang bervariasi.

FUNGSI HIPOFISA ANTERIOR

Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Bagian ini melepaskan hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan fisik yang normal atau merangsang aktivitas kelenjar adrenal, kelenjar tiroid serta indung telur atau buah zakar.

Jika hormon yang dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin lainnya juga akanmelepaskan hormon yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Salah satu hormon yang dilepaskan oleh lobus anterior adalah kortikotropin (ACTH, adenocorticotropic hormone), yang merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol dan beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik).

Tanpa kortikotropin, kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal.

Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-melanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan endorfin, yang mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.

TSH (thyroid-stimulating hormone) juga dihasilkan oleh lobus anterior dan berfungsi merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.

Terlalu banyak TSH menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme), terlalu sedikit TSH menyebakbn berkurangnya pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).

2 hormon lainnya yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone). Keduanya merupakan gonadotropin, berfungsi merangsang indung telur dan buah zakar.

Pada wanita, kedua hormon ini merangsang pembentukan estrogen dan progesteron serta merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur.

Pada pria, LH merangsang buah zakar untuk menghasilkan testosteron dan FSH merangsang pembentukan sperma.

Salah satu hormon terpenting yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah hormon pertumbuhan, yang merangsang pertumbuhan otot dan tulang serta membantu mengatur metabolisme.

Hormon pertumbuhan dapat meningkatkan aliran gula ke otot dan lemak, merangsang pembentukan protein di hati dan otot serta memperlambat pembentukan jaringan lemak.

Efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan adalah menghambat pengambilan dan pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan meningkatkan pembentukan lemak dan kadar lemak dalam darah.

Kedua efek tersebut sangat penting karena tubuh harus menyesuaikan diri dengan kekurangan makanan ketika berpuasa.

Bersamaan dengan kortisol, hormon pertumbuhan membantu mempertahankan kadar gula darah untuk otak dan memindahkan lemak, sehingga sel-sel tubuha lainnya dapat menggunakannya sebagai cadangan sumber energi.

Pada berbagai kasus, hormon pertumbuhan tampaknya bekerja dengan cara mengaktifkan sejumlah faktor pertumbuhan, yang paling penting adalah faktor pertumbuhan yang menyerupai insulin (IGF-1, insulin-klike growth factor).

FUNGSI LOBUS POSTERIOR

Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon antidiuretik dan oksitosin.

Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam hipotalamus; sel-sel saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa posterior, dimana hormon ini dilepaskan.

Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang kelenjar endokrin lainnya, tetapi langsung mempengaruhi organ target.

Hormon antidiuretik (disebut juga vasopresin) meningkatkan penahanan air oleh ginjal. Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai.

Jika terjadi dehidrasi, maka reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik. Kadar elektrolit (misalnya natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-sel berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang dirasakan oleh otak) akan merangsang pelepasan hormon antidiuretik.

Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula darah yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya klorpropamid, obat-obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati asma dan emfisema).

Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan hormon antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan dimana ginjal terlalu banyak membuang air.

Kadang hormon antidiuretik diproduksi secara berlebihan, misalnya pada SIADH (syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone). Pada SIADH, kadar hormon antidiuretik terlalu tinggi sehingga tubuh menahan air dan kadar beberapa elektrolit dalam darah (misalnya natrium) menurun. Sindroma ini terjadi pada penderita gagal jantung dan penderita penyakit hipotalamus.

Kadang hormon antidiuretik dibuat diluar hipofisa, terutama oleh beberapa kanker paru-paru. Karena itu jika ditemukan kadar hormon antidiuretik yang tinggi, selain dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi kelenjar hipofisa, juga dilakukan pemeriksaan terhadap kanker.

Oksitosin menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah persalinan untuk mencegah perdarahan.

Oksitosin juga merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu. Pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam payudara berkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa

Hormon

Organ target

Hormon antidiuretik

Ginjal

Beta-melanocyte stimulating hormone

Kulit

Kortikotropin

Kelenjar adrenal

Endorfin

Otak

Enkefalin

Otak

FSH

Indung telur atau buah zakar

Hormon pertumbuhan

Otot & tulang

LH

Indung telur atau buah zakar

Oksitosin

Rahim & kelenjar susu

Prolaktin

Kelenjar susu

TSH

Kelenjar tiroid

Sindroma Empty Sella

Kelenjar hipofisa sebagian dikelilingi oleh struktur bertulang yang disebut sella tursika.
Jika kelenjar hipofisa tidak terlihat pada pemeriksaan CT scan atau MRI dari sella tursika, maka keadaan ini disebut Sindroma Empty Sella.

PENYEBAB

Sindroma empty sella primer terjadi jika suatu kelainan anatomis yang kecil diatas kelenjar hipofisa menyebabkan bertambahnya tekanan di dalam sella tursika sehingga kelenjar hipofisa merapat di sepanjang dinding sella.
Seringkali ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan radiologis otak.
Fungsi hipofisa biasanya normal dan tidak terdapat gejala. Pada 10-15% penderita, kadar hormon prolaktin sedikit meningkat dan ini bisa mempengaruhi fungsi indung telur dan buah zakar yang normal.

Jika penyebabnya adalah penyusutan kelenjar hipofisa akibat trauma (misalnya pembedahan, cedera kepala, terapi penyinaran), maka keadaan ini disebut sindroma empty sella sekunder.
Penderita menunjukkan tanda dan gejala akibat hilangnya sebagian atau seluruh fungsi kelenjar hipofisa.

Sindroma empty sella paling sering ditemukan pada wanita yang mengalami kelebihan berat badan atau menderita tekanan darah tinggi.
Sindroma ini juga seringkali dihubungkan dengan kelainan fungsi kelenjar hipofisa pada anak-anak (misalnya kekurangan hormon pertumbuhan).

GEJALA

Gejala sindroma empty sella primer:
– Seringkali tidak ditemukan gejala akibat hilangnya fungsi kelenjar
– Kadang gejala timbul akibat peningkatan kadar hormon prolaktin
– Menstruasi yang tidak teratur atau tidak terjadi menstruasi
– Libido (nafsu birahi) yang rendah
– Impotensia (disfungsi ereksi).

Gejala-gejala pada sindroma empty sella sekunder timbul akibat hilangnya fungsi kelenjar:
– letih, lesu
– tidak tahan terhadap cuaca dingin
– nafsu makan berkurang
– penurunan berat badan
– nyeri perut
– tekanan darah rendah
– sakit kepala
– gangguan penglihatan
– jika sindroma ini terjadi pada masa pertumbuhan, maka tinggi badan biasanya pendek ( <150 CM )
– rambut ketiak atau rambut kemaluan mengalami kerontokan
– wanita : terhentinya siklus menstruasi, kemandulan, kegagalan menyusui
– pria : hasrat seksual menurun, rambut wajah atau rambut tubuh mengalami kerontokan
– anak-anak : pertumbuhan badan dan perkembangan seksualnya lambat.

DIAGNOSA

Rontgen atau CT scan/MRI tulang tengkorak menunjukkan adanya pembesaran sella tursika dan tidak adanya gambaran kelenjar hipofisa.

PENGOBATAN

Pada sindroma empty sella primer, jika tidak timbul gejala, maka tidak perlu diberikan pengobatan khusus.
Jika kadar prolaktin tinggi dan mengganggu fungsi indung telur maupun buah zakar, maka diberikan obat-obatan yang menekan pembentukan prolaktin (misalnya bromokriptin).

Penderita sindroma empty sella sekunder biasanya harus menjalani terapi sulih hormon.

Hipopituitarisme

Hipopituitarisme adalah hilangnya sebagian atau seluruh fungsi lobus anterior kelenjar hipofisa.

PENYEBAB

Penyebab yang secara primer mempengaruhi kelenjar hipofisa (hipopituitarisme primer):

# Tumor hipofisa
# Berkurangnya aliran darah ke hipofisa (akibat perdarahan hebat, bekuan darah, anemia)
# Infeksi dan peradangan
# Sarkoidosis atau amiloidosis
# Penyinaran
# Pengangkatan kelenjar hipofisa melalui pembedahan
# Penyakit autoimun.

Penyebab yang secara primer mempengaruhi hipotalamus (hipopituitarisme sekunder):
# Tumor hipotalamus
# Peradangan
# Cedera kepala
# Kerusakan pada hipofisa, pembuluh darah maupun sarafnya akibat pembedahan.

GEJALA

Hipopituitarisme mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin yang dirangsang oleh hormon-hormon hipofisa anterior, karena itu gejala bervariasi tergantung kepada jenis hormon apa yang kurang.
Gejala-gejalanya biasanya timbul secara bertahap dan tidak disadari selama beberapa waktu, tetapi kadang terjadi secara mendadak dan dramatis.

Bisa terjadi kekurangan satu, beberapa atau semua hormon hipofisa anterior.
Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH) pada wanita pre-menopause bisa menyebabkan:
– terhentinya siklus menstruasi (amenore)
– kemandulan
– vagina yang kering
– hilangnya beberapa ciri seksual wanita.

Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan:
– impotensi
– pengkisutan buah zakar
– berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan
– hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya pertumbuhan badan dan rambut wajah).

Kekurangan gonadotropin juga terjadi pada sindroma Kallmann, yang juga menderita:
– celah bibir atau celah langit-langit mulut
– buta warna
– tidak mampu membaui sesuatu.

Kekurangan hormon pertumbuhan pada dewasa biasanya menyebabkan sedikit gejala atau tidak menyebabkan gejala; tetapi pada anak-anak bisa menyebabkan lambatnya pertumbuhan, kadang-kadang menjadi cebol (dwarfisme).

Kekurangan TSH menyebabkan hipotiroidisme, yang menimbulkan gejala berupa:
– kebingungan
– tidak tahan terhadap cuaca dingin
– penambahan berat badan
– sembelit
– kulit kering.

Kekurangan kortikotropin saja jarang terjadi; bisa menyebabkan kurang aktifnya kelenjar adrenal, yang akan menimbulkan gejala berupa:
– lelah
– tekanan darah rendah
– kadar gula darah rendah
– rendahnya toleransi terhadap stres (misalnya trauma utama, pembedahan atau infeksi).

Kekurangan prolaktin yang terisolasi merupakan keadaan yang jarang terjadi, tetapi bisa menjelaskan mengapa beberapa wanita tidak dapat menghasilkan air susu setelah melahirkan.
Sindroma Sheehan merupakan suatu komplikasi yang jarang terjadi, dimana terjadi kerusakan sebagian kelenjar hipofisa. Gejalanya berupa lelah, rontoknya rambut kemaluan dan rambut ketiak serta ketidakmampuan menghasilkan air susu.

DIAGNOSA

Untuk mengetahui kelainan struktural pada hipofisa dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI.

Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar hormon-hormon berikut:
– LH (berkurang)
– FSH (berkurang)
– testosteron (berkurang)
– estrogen (berkurang)
– kortisol (berkurang)
– T4 (berkurang)
– TSH (berkurang)
– hormon pertumbuhan (berkurang)
– IGF-1 (insulin-like growth factor 1) (berkurang).

Angiografi dilakukan untuk menilai pembuluh darah yang menuju ke hipofisa.

PENGOBATAN

Pengobatan lebih ditujukan kepada menggantikan kekurangan hormon target, bukan hormon hipofisa.

Jika terjadi kekurangan TSH maka diberikan hormon tiroid, jika terjadi kekurangan kortikotropin diberikan hormon adrenokortikal dan jika terjadi kekurangan LH dan FSH diberikan estrogen, progesteron atau testosteron. Hormon pertumbuhan biasanya diberikan kepada anak-anak.

Jika penyebabnya adalah tumor hipofisa yang kecil, maka dilakukan pengangkatan tumor.
Tumor penghasil prolaktin diatasi dengan pemberian bromokriptin.
Penyinaran dengan kekuatan tinggi atau dengan proton juga bisa digunakan untuk menghancurkan tumor hipofisa.

Tumor yang besar dan telah menyebar keluar sella tursika tidak mungkin hanya diatasi dengan pembedahan. Setelah pembedahan harus diberikan penyinaran berkekuatan tinggi untuk membunuh sisa sel-sel tumor.

Terapi penyinaran cenderung menyebabkan hilangnya fungsi hipofisa secara perlahan, baik sebagian maupun keseluruhan. Karena itu fungsi kelenjar target biasanya dinilai setiap 3-6 bulan untuk tahun pertama kemudian setiap tahun pada tahun berikutnya.