Ini yang Terjadi Pada Wanita Saat Sedang Haid

Haid atau menstruasi adalah proses rutin yang terjadi pada wanita setiap bulannya. Dalam kondisi tersebut, banyak terjadi perubahan pada tubuh wanita baik secara fisik maupun mental. Apa saja?
Berikut beberapa perubahan yang terjadi pada wanita saat sedang haid, seperti dilansir boldsky, Senin (16/7/2012):
1. Perubahan suasana hati
Ketika seorang wanita sedang menstruasi, perubahan suasana hati biasanya terlihat dengan jelas. Tiga hari pertama menstruasi, saat perdarahan berat terjadi merupakan hari-hari yang paling menjengkelkan bagi wanita. Belum lagi ditambah dengan kram dan nyeri perut yang menyiksa.

2. Jerawat
Wajah berjerawat adalah salah satu masalah kulit paling umum yang dihadapi oleh wanita. Seminggu sebelum menstruasi, banyak wanita mendapatkan jerawat menyakitkan di wajah atau leher. ‘Ledakan jerawat’ ini dianggap sebagai tanda siklus menstruasi akan datang. Jerawat muncul karena panas dalam tubuh yang meningkat sebelum seorang wanita mulai mendapatkan periode menstruasi.
3. Kurangnya nafsu makan
Ketika sedang menstruasi, perubahan suasana hati akan dapat menurunkan nafsu makan. Tak hanya itu, minat untuk melakukan suatu kegiatan pun juga berkurang.
4. Suara berubah
Menurut banyak penelitian, suara seorang wanita berubah ketika dia sedang menstruasi. Ini didapatkan jika suara wanita direkam baik selama dan setelah menstruasi. Ketika diputar ulang, ditemukan ada perubahan suara wanita ketika dia sedang menstruasi. Kualitas, modulasi dan pitch lebih rendah jika dibandingkan dengan hari biasa.
5. Infeksi kelamin
Pada saat ini, wanita lebih rentan terhadap infeksi di daerah kelaminnya. Pembalut dapat memiliki efek samping juga. Jadi, menjaga kebersihan alat kelamin sangat penting. Ganti pembalut wanita setidaknya setiap 6 jam.
Jika Anda menggunakan pembalut terlalu lama, mungkin akan mengembangkan bau menyengat yang kuat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan infeksi. Juga, pembalut wanita adalah rumah bagi bakteri. Jadi ganti dan cuci alat kelamin Anda sesering mungkin.(detikhealth)

Haid Tidak Teratur Tanda Gangguan Kesuburan?

Haid atau menstruasi yang terjadi setiap bulan seringkali dikaitkan dengan kesuburan yang dimiliki. Tapi benarkah haid yang tidak teratur tanda adanya gangguan kesuburan?
“Patokan secara kasar bisa, tapi belum tentu juga, ada pasien saya yang haidnya tidak teratur tapi gampang hamil,” ujar dr Med Damar Prasmusinto, SpOG saat dihubungi detikHealth dan ditulis, Rabu (12/12/2012).
Dr Damar menuturkan sebenarnya haid tidak ada yang bisa reguler terus, tapi secara keseluruhan ada yang haidnya datang teratur tiap bulannya namun ada juga yang tidak teratur seperti beberapa bulan sekali.
Meski begitu kadang haid yang tidak teratur ini juga bisa menjadi tanda adanya gangguan kesuburan, seperti gejala dari kondisi PCOS (Polycistic Ovarium Syndrome) yaitu kondisi akibat ketidakseimbangan hormon.

“PCOS hormonnya nggak balance. Hormon FSH, LH, progesteron dan estrogen berfungsi mematangkan sel telur yang keluar tiap bulan saat ovulasi. Karena hormonnya tidak seimbang jadi sel telur nggak matang dan tidak terjadi ovulasi,” ungkapnya.
PCOS merupakan kelainan endokrin terbanyak yang dialami oleh perempuan di usia reproduktif. Kelainan ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur dan menjadi salah satu penyebab infertilitas pada perempuan terutama di usia reproduksi.
Penyebab dari kondisi ini antara lain obesitas, resistensi insulin, gangguan sekresi hormon GnRH, gangguan enzim di ovarium dan faktor genetik. Akibatnya perempuan mengalami siklus yang tidak berovulasi, jadi terkadang bisa tidak mengalami haid selama 2-3 bulan.
Dr Damar mengungkapkan selain itu ada juga hormon-hormon yang berfungsi mempersiapkan rahim untuk hamil. Tapi lagi-lagi jika hormonnya tidak seimbang, maka rahim bisa menjadi lebih tebal atau justru lebih tipis sehingga menghambat proses penempelan embrio.
Selain masalah haid, adanya keputihan juga bisa mempengaruhi kesuburan. Hal ini karena infeksi dari keputihan bisa menyebabkan adanya peradangan atau inflamasi di dalam rahim.
“Kalau rahim ada radang maka embrio akan menjadi sulit untuk menempel di rahim sehingga bisa ganggu kesuburan,” ujar dr Damar dari Dipenglihatan Departemen Kebidanan dan Kandungan FKUI-RSCM ini.
Karena itu gangguan kesuburan tidak selalu ditandai dengan terganggunya siklus menstruasi, karena ada faktor-faktor lain yang bisa menjadi pemicu atau penyebabnya. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh agar diketahui penyebabnya.(detikhealth)

Haid Tidak Teratur Jangan Didiamkan

Perempuan yang tidak mendapat menstruasi selama lebih dari 3 bulan atau belum mendapat menstruasi sampai usia 16 tahun mengindikasikan adanya gangguan fisiologis. Kondisi ini dinamakan amenorrhoea dan tidak boleh diabaikan.

Siklus menstruasi biasanya selama 28 hari, meskipun siklus ini bisa berada antara 22 sampai 35 hari. Lamanya menstruasi rata-rata selama 5 hari, dengan volume darah yang dikeluarkan antara 20 sampai 80 ml.

Kondisi amenorrhoea secara medis dikategorikan dalam 2 tipe, seperti dikutip dari Health24, Kamis (24/9/2009), yaitu:


1. Amenorrhoea primer, yaitu jika belum mendapat menstruasi hingga usia 16 tahun atau 2 tahun setelah tumbuhnya payudara atau tumbuhnya rambut pada vagina.

2. Amenorrhoea sekunder, yaitu jika tidak mendapat menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya menstruasi secara teratur setiap bulannya. Atau tidak mendapat menstruasi selama 6 sampai 12 bulan, setelah sebelumnya mendapat periode menstruasi tidak teratur.

Terjadinya amenorrhoea mengindikasikan bahwa adanya gangguan fisiologis pada organ yang mengendalikan menstruasi. Menstruasi itu sendiri dikendalikan melalui hipotalamus ke hipofisis ke ovarium dan memerlukan interaksi serta fungsional endometrium (lapisan rahim) lalu terakhir menuju mulut rahim dan vagina.

Hal penting untuk diingat adalah amenorrhoea bukanlah diagnosis, tapi hanya gejala atau tanda dari beberapa kemungkinan gangguan yang melibatkan beberapa sistem organ. Jadi, amenorrhoea merupakan hal yang normal pada gadis yang belum puber, masa hamil dan setelah menopause.

Perempuan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala amenorrhoea seperti berikut ini:

  • Belum mendapat menstruasi atau tidak menunjukkan tanda-tanda puber hingga usia 14 tahun.
  • Perempuan yang belum mendapat menstruasi hingga usia 16 tahun.
  • Perempuan yang tidak mendapat menstruasi selama 3 bulan berturut-turut, setelah sebelumnya mendapat menstruasi teratur. Serta sedang tidak hamil atau menopause.
  • Perempuan yang memiliki karakteristik seperti laki-laki, misalnya memiliki rambut di wajah dan suara yang berat.
Jika Anda atau anak Anda mengalami beberapa gejala tersebut, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter. Sehingga bisa diketahui bagian mana yang mengalami gangguan menstruasi.(detikhealth)

Haid Tak Teratur, Hati-hati Penyakit Kronis

Jangan anggap sepele jika perempuan mengalami haid tidak teratur karena itu adalah pertanda awal dari penyakit-penyakit kronis, mulai dari kanker, jantung, hingga mandul.

Setiap perempuan memang memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda dan relatif. Namun di luar periode tersebut, normalnya menstruasi datang teratur setiap bulan.

Menurut American Society for Reproductive Medicine standar siklus menstruasi yang normal adalah 22-40 hari, dimana menstruasi pertama dihitung sejak pertama kali darah keluar dari vagina. Namun perbedaan 5 hari (kurang atau lebih) dari siklus haid, masih dianggap normal.


Tapi jika perempuan sudah tidak mendapatkan haid teratur tiap bulan, maka patut diwaspadai penyakit SOPK.

Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan kelainan endokrin terbanyak yang dialami oleh wanita di usia reproduksi. Kelainan ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, gejala hiperandrogen seperti jerawat, pertumbuhan bulu atau rambut abnormal (hirsutism) di daerah yang tidak seharusnya.

Penyebab SOPK antara lain obesitas, resistensi insulin, gangguan sekresi hormon GnRH, gangguan enzim di ovarium dan faktor genetik.

Akibatnya, penderita mengalami siklus yang tidak berovulasi yang ditandai dengan gangguan siklus haid berupa pendarahan atau justru tidak mengalami haid selama 2-3 bulan.

SOPK adalah salah satu penyebab infertilitas pada perempuan, terutama perempuan di usia reproduksi. “Angka kejadian SPOK lebih banyak terjadi pada perempuan di usia reproduksi daripada pada usia perimenopause,” ujar dr. Andon Hestiantoro, SpOG (K) dalam acara seminar ‘The Essence of Fertility & Vitality’ di Hotel Sahid Jaya, Jakarta.

“Karena siklus tidak berovulasi, maka perempuan dengan SPOK juga memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker endometrium, stroke dan jantung koroner,” tutur Andon.

Untuk mengatasi masalah SOPK, bisa dilakukan dengan menurunkan berat badan, menggunakan kontrasepsi kombinasi dan obat-obatan pemicu kesuburan.(detikhealth)